Konsumsi madu
bangsa kita tergolong paling rendah di dunia yaitu hanya 10-15 gram per kapita
per tahun atau hanya satu sendok saja tiap orangnya per tahun. Apa? Baru satu
sendok per kapita per tahun? Ih,
malu-maluin…
Sobat, coba kita
tengok Jepang dan Australia yang seratus kali lebih banyak mengkonsumsi madu
dibandingkan bangsa kita, kedua bangsa ini mengkonsumsi madu 1.600 gram per
orang per tahun. Kenyataan ini tentu saja sungguh memprihatinkan. Bagaimana
tidak, Indonesia adalah Negara yang kaya akan spesies lebah penghasil madu baik
dari jenis lebah bersengat maupun yang tidak bersengat, nyaris semua jenis
lebah di dunia dimiliki negeri megabodiversiti ini. selain itu iklim tropis
Indonesia adalah iklim yang sebenarnya sangat mendukung terciptanya budidaya
lebah madu, begitu pula ketersediaan sumber pakan di alam yang masih melimpah
ruah merupakan peluang besar agar bangsa ini merdeka madu bahkan kalau perlu
jadi eksportir madu di dunia!
Ada sebersit
pertanyaan di benak saya, apakah bangsa kita memiliki kesadaran yang rendah
terhadap manfaat madu bagi kesehatan kita? Ataukah karena kelangkaan madu di
negeri ini? Kedua pertanyaan itu tentunya mewakili persoalan utama madu di
negeri ini yang mesti kita cari jawabannya.
Sadar Manfaat
Peradaban sebuah
bangsa memiliki korelasi dengan konsumsi madu. Jauh sebelum peradaban modern
ada di belahan bumi ini manfaat madu bagi kesehatan sudah tertuang dalam
beberapa kitab suci, setiap agama dan kebudayaan sangat meyakini manfaat madu
terhadap kesehatan manusia. Keyakinan tersebut tentunya berdasarkan uji manfaat
yang dilakukan nenek moyang kita dalam mengatasi berbagai persoalan kesehatan
yang mereka temukan.
Pada abad ke-10
Avicena telah menulis berbagai khasiat madu bagi manusia, bahkan ribuan tahun
sebelum masehi bangsa mesir kuno sangat rajin mengkonsumsi madu untuk
kesehatan. Begitu pula nenek-moyang bangsa kita, secara turun temurun
menggunakan madu untuk kepentingan kesehatan walau rekaman datanya kian hari
kian menghilang. Cerita orang tua kita tentang hebatnya madu seolah sirna
ketika hadir beragam obat-obatan kimia yang lebih murah dan mudah di temukan di
warung-warung. Kebiasaan ini pun berlangsung cukup lama, orang modern cenderung
senang yang instant-instant tanpa berpikir resiko dibalik itu semua.
Ketika cerita
hebatnya madu dari orangtua kita hilang, barulah kita sadari bahwa selama ini
kita membuat kesalahan besar mempercayakan kesehatan kita pada kimia, karena
kesadaran itu pula rame-rame orang menciptakan trend back to nature, orang
ingin kembali ke herbal dan makanan yang serba organic sebagaimana orang tua
kita dulu yang kini sudah terkubur bersama cerita hebatnya madu.
Namun demikian,
penelitian demi penelitian terus dilakukan, manfaat madu pun digali lebih
mendalam dan cerita hebatnya madu dari orang tua kita dibuktikan dalam beragam
riset. Dan, Tuhan tidak pernah bohong, Ia sudah menyuratkannya dalam
kitab-kitab suci tentang keutamaan madu bagi mahluknya yang berpikir.
Disaat kesadaran
akan manfaat madu timbul, bangsa kita terjebak dalam spekulasi para pebisnis
madu, nilai moral madu sebagai penyembuh diabaikan demi kepentingan bisnis dan
keuntungan semata. Permintaan madu makin meningkat tiap tahunnya, sementara itu
jumlah produksi madu kian menurun. Salah satu penyebab turunnya produksi madu
yaitu karena pembudidaya lebah madu makin hari makin berkurang. Pebisnis besar
enggan melibatkan masyarakat, seolah-olah hanya tangannya yang memiliki kuasa
untuk memenuhi kepentingan bisnis ini. Dampaknya madu dioplos. Madu dipalsukan.
Tidak tanggung-tanggung 80% madu yang berada di pasaran negeri ini adalah palsu
atau oplosan. Ih, malu-maluin…
Kesadaran
manfaat madu di kalangan masyarakat pengkonsumsi madu dipaksa untuk anjlog ke
titik terendah lagi, hilang trust terhadap kualitas madu di negeri ini. Alih-alih
konsumen madu ingin bugar malah oknum produsennya tambah kurang ajar…
Kalau sudah
begini siapa yang mau tanggung-jawab!
Sadar Budidaya
Perlu kita
ketahui, Inggris merupakan bangsa yang konsumsi madunya terbilang cukup tinggi
di dunia, oleh karena itu Negara ini dijadikan sebagai percontohan peternakan
lebah dunia yang sukses dan konsisten. Peternak lebah di Inggris terdiri dari
berbagai lapisan masyarakat, tidak ada monopoli pengusaha besar.
Bila kita ingin
merasakan manisnya manfaat dan bisnis madu seluruh bangsa harus meniru pola
kerja dari lebah itu sendiri. Hidup sangat social, tertata dalam manajemen yang
arif dan tidak lepas dari kebersamaan. Sekuat-kuatnya tenaga sendiri tidak akan
lebih kuat melawan tenaga berkoloni, semestinya prinsip ini diterapkan dalam
produksi madu bangsa kita bila ingin memenuhi kebutuhan madu di negeri ini,
jangan justru diserahkan ke segelintir orang berduit tapi serahkan bisnis ini
ke masyarakat peternak, sebagai bentuk tanggung-jawab pemerintah terhadap
peningkatan kesejahteraan masyarakatnya.
Berpikir menjadi
eksportir madu mungkin masih impian besar, namun memenuhi kebutuhan madu dalam
negeri adalah suatu keniscayaan dan harus diwujudkan oleh bangsa ini. Banyak
ruang kosong di bumi khatulistiwa kita yang dapat dimanfaat untuk
membudidayakan lebah-lebah madu. Dengan terpenuhinya kebutuhan madu bangsa kita
maka tingkat kecerdasan dan kesehatan masyarakat akan meningkat dan Negara ini
akan lebih kuat.
Merdeka!! [lebay.com]
No comments:
Post a Comment
Agar blog ini lebih baik, mohon isi komentar di bawah sebelum Anda meninggalkan blog kami. Terima kasih atas kunjungannya...