Prakata
Sebelumnya saya ingin
menyampaikan permohonan maaf kepada para sobat komunitas dan para bloger karena
selama satu bulan kemarin tidak ada satu pun kabar berita yang kami posting,
padahal ada beberapa kabar yang belum kami tulis untuk mengisi postingan di
blog ini. Harap di maklum, sebulan kemarin kami disibukkan oleh kegiatan
komunitas, pekerjaan dan tentunya eksplorasi teuweul (trigona.spp) putih yang
cukup menyita waktu.
Sobat, pencarian
klanceng putih selama satu bulan penuh telah memberikan titik terang tentang
keberadaannya secara ilmiah. Beragam informasi dari para narasumber mengarahkan
saya pada kebingungan yang luar biasa namun mendorong adrenalin saya untuk
semakin serius melakukan penelitian di lapangan.
Sebagaimana yang telah
dibahas pada tulisan sebelumnya beberapa narasumber berpendapat bahwa teuweul
putih adalah lebah trigona yang seluruh tubuhnya berwarna putih, keberadaannya
dikaitkan dengan hal mistis karena cenderung memilih tinggal di tempat-tempat
yang dianggap angker (baca: Explorasi Menelusuri Trigona Putih I Si HantuGunung Karang).
Pendapat kedua dari narasumber
lain menyatakan bahwa teuweul putih adalah Siloka Karuhun Urang [amanat
tersembunyi dari nenek moyang kita yang harus dimaknai secara mendalam]. Cara memaknai
siloka teuweul putih tersebut harus dimulai dari pemahaman kita tentang teuweul
(trigona) dan putih. Teuweul atau lanceng adalah nama local dari lebah jenis
trigona spp yang berukuran sangat kecil, tidak bersengat (tidak membahayakan),
menghasilkan beragam produk alami yang berguna bagi manusia, berpengaruh
positif terhadap polikultur dan memiliki prilaku hidup yang patut diteladani
oleh kita (baca: sehari bersama lebah trigona). Sedangkan pengertian Putih
adalah sebuah warna yang melambangkan kesucian diri.
Menyimpulkan kedua kata
tersebut saya berpendapat bahwa siloka teuweul putih yaitu bahwa nenek moyang
kita mengamanatkan agar kita bersikap seperti lebah trigona dalam berinteraksi
dengan sesama dengan jujur, tidak hanya baik dalam bertutur dan bertingkah laku
namun harus baik pula hati dan pikirannya.
Pendapat ketiga,
menyatakan bahwa teuweul putih adalah lebah trigona yang menghasilkan madu yang
memiliki kekhasan tersendiri sehingga di kenal madu teuweul/klanceng (trigona)
putih. Madu trigona putih memiliki perbedaan dengan madu trigona yang lain,
madu trigona lain memiliki warna madu yang beragam yaitu mulai dari warna
kuning cerah sampai hitam tergantung dari sumber pakan dan usia madunya. Madu
trigona putih memiliki warna madu yang sangat bening bak berlian, warna bening
inilah yang menyebabkan masyarakat menyebutnya madu trigona putih.
Fakta
Penelitian Terhadap Fisik Lebah Trigona
Berdasarkan keterangan dan
pendapat para narasumber bagian pertama, saya melakukan eksplorasi langsung ke
beberapa lokasi berbeda yang ditunjukkan. Lokasi eksplorasi pertama yaitu di Batu
Teuweul sekitar Gunung Karang, dari hasil identifikasi ditempat tersebut
ditemukan jejak pintu masuk ke sarang lebah trigona yang sudah ditinggalkan
koloni lebah. Perihal benar dan tidaknya lebah trigona yang sudah pergi di batu
itu trigona putih atau bukan, sangat sulit untuk mengidentifikasinya
dikarenakan dua hal: karena lamanya rentang waktu antara kepergian koloni lebah
dengan pemeriksaan yang saya lakukan yaitu sekitar 2 tahun; dan, material pintu
masuk (entrance) koloni nyaris sama dengan jenis trigona lain yaitu terdiri
dari resin, getah pohon dan material alam lainnya seperti pasir, tanah dan
serpihan kayu.
Eksplorasi kedua
dilakukan di sebuah batu di Kebon Cina, beberapa saksi menyatakan bahwa di
tempat ini ditemukan trigona putih. Hasilnya, bekas keberadaannya sama sekali
tidak ditemukan, begitu pula halnya di lokasi Batu Nyi Gempor yang berada tak jauh
dari kebon cina. Tidak jauh dari kedua tempat tersebut ditemukan di sebuah batu
bekas pintu masuk koloni lebah trigona yang sudah rusak dimakan waktu dan
cuaca.
Explorasi ketiga
dilakukan secara acak yaitu di Hutan Cibentang dan di Batu Sawung. Di hutan
Cibentang tidak ditemukan petunjuk menuju penemuan trigona putih, sedangkan di
Batu Sawung berhasil ditemukan bekas bersarangnya koloni yang kata masyarakat
setempat trigona putih. Temuan di batu bercelah ini berupa 3 ekor bangkai lebah
trigona, sebuah rangkaian pot-pot kering bekas madu dan propolis.
Temuan eksplorasi
ketiga dari Batu Sawung tersebut berhasil saya identifikasikan sebagai berikut:
1. Tiga
ekor bangkai lebah trigona berukuran 4 – 5 cm, memiliki bentuk abdomen, thorax,
mesothorax dan tibia yang sama dengan jenis T. laeviceps dan T. iridipennis. Pendekatan
ukuran panjang tubuh bangkai lebah tersebut sangat mendekati T. laeviceps dan
T. iridipennis. Sedangkan pendekatan warna tubuh sulit di identifikasi, padahal
pendekatan ini sangat diperlukan untuk mengetahui jenis apa lebah trigona yang
ditemukan di lokasi tersebut.
2. Propolis
yang ditemukan di lokasi ini ditemukan sudah mengering dan rapuh. Propolis tersebut
tersisa dikarenakan lebarnya ukuran rongga batu bekas sarang yaitu tinggi rata
2 – 3 cm dan lebar 150 cm. keberadaan propolis di lokasi ini tidak meninggalkan
bekas pintu masuk ke sarang, sehingga tidak dapat di identifikasi bagaimana
bentuk pintu masuknya. Material pada propolis sama dengan propolis lebah
trigona jenis lainnya.
3. Pot-pot
madu temuan berupa pot madu yang dinding-dindingnya mengandung lilin lebah
(wax), resin dan getah pohon yang sudah mengering. Isi dari pot-pot lilin
tersebut diyakini madu yang sudah kering karena habis dimakan semut di sekitar
lokasi sarang, dengan demikian warna madu tidak dapat diidentifikasi.
Sementara itu
eksplorasi ke empat dilakukan ke beberapa tempat secara acak berdasarkan informasi
beberapa narasumber. Dari sebuah lokasi, ditemukan fakta bahwa yang di sebut
trigona putih oleh salah satu narasumber adalah jenis lebah trigona yang
memiliki warna thorax dan mesothorax hitam kecoklatan, tibia hitam kecoklatan,
abdomen cokelat cerah dan sayap iridescent. Warna putih ditemukan pada lebah
trigona muda yang belum lama menetas.
Fakta
Penelitian Terhadap Warna Madu Lebah Trigona
Berdasarkan pendapat
ketiga, menyatakan bahwa lebah trigona putih memiliki warna madu yang bening,
dan fakta beningnya madu trigona tersebut yang kemudian disebut madu trigona
putih oleh masyarakat. Bila memperhatikan dengan seksama kalimat “madu trigona
putih” dapat ditafsirkan bahwa madu trigona putih itu adalah madunya yang berwarna
putih bukan warna lebah trigonanya yang berwarna putih. Penafsiran ini tentunya
sama sekali bukanlah penafsiran terburu-buru yang misalnya disebabkan karena
keputusasaan saya yang sudah hampir dua tahun melakukan penelusuran dan belum
berhasil menemukan keberadaan “trigona berwarna putih” secara faktual.
Penafsiran tersebut di
atas di dasari oleh fakta yaitu ditemukan koloni lebah trigona yang warna madunya
bening.
Sampel madu pertama
ditemukan berupa madu bening yang di ambil langsung dari sarang koloni namun
setelah satu minggu disimpan secara berangsur-angsur intensitas bening
meningkat secara rata menjadi keruh, kuning hingga kecoklatan. Peningkatan intensitas
warna secara merata tersebut diyakini disebabkan oleh usia madu yang makin
menua seiring bertambahnya waktu. Madu pada sampel ini disimpulkan: bukan madu
trigona putih.
Selang dua minggu,
ditemukan sampel madu bening kedua, di ambil langsung dari sarang koloni. Madu trigona
ini berwarna lebih bening dari sampel pertama, saking beningnya saya
menyebutnya madu berlian. Sebagaimana sampel pertama madu bening tersebut di
simpan dan dilakukan pengecekan selama berhari-hari untuk mengetahui ada
tidaknya perubahan warna pada sampel. Perubahan fisik sampel diketahui pada
hari ketujuh yaitu naiknya ke permukaan botol sampel gumpalan berwarna keruh kekuningan,
sehingga warna madu trigona di botol tersebut memiliki dua lapis warna yaitu
bening dan kuning kecoklatan. Intensitas lapisan warna pada madu kian hari kian
meningkat, warna bening semakin bening dan warna kuning kecoklatan semakin
kecoklatan. Volume lapisan warna bening pada madu semakin bertambah setiap
hari, sedangkan volume lapisan warna kecoklatan semakin berkurang. Pada hari ke
sepuluh volume madu berwarna bening 75%, sedangkan volume madu warna kecoklatan
25%.
Kesimpulan awal dari
hasil sampel kedua diatas yaitu: madu trigona pada sampel kedua ini adalah
benar madu trigona putih sebagaimana yang diyakini oleh masyarakat selama ini
karena memiliki ciri fisik madu yang sama dengan keterangan data yang diberikan
oleh beberapa narasumber. Lapisan warna kecoklatan yang naik ke permukaan
adalah serbuk sari yang lolos saat penyaringan dan terbawa saat pemerasan madu.
Untuk mempertegas kesimpulan di atas, sampel madu bening di tunjukkan secara langsung kepada beberapa narasumber, setelah diteliti secara fisik para narasumber menyatakan bahwa madu bening sampel kedua adalah benar madu trigona putih. Walau sudah ada beberapa orang yang ingin membeli dengan harga sangat tinggi, demi kepentingan lebih lanjut sampel madu putih trigona sebanyak 50 ml berikut koloni lebah trigona penghasil madu bening tersebut saya simpan. Madu bening ini saya sebut madu berlian. Mengenai kandungannya perlu dilakukan uji laboratorium, agar mengetahui sama atau tidaknya kandungan di dalam madu berlian tersebut dengan madu trigona biasa lainnya.
Analisa
Warna Madu Berlian (Madu Trigona Putih)
Selain pernyataan
beberapa narasumber yang telah membenarkan madu berlian yang saya temukan sebagai
madu trigona putih, perlu dianalisa pula kemungkinan pendapat ilmiah tentang
warna-warna yang terdapat pada madu yaitu adanya pengaruh usia madu dan
pengaruh sumber pakan.
“Perubahan warna pada madu dapat dipengaruhi oleh bertambahnya usia madu”.
Pada sampel madu
trigona yang pertama hal tersebut diyakini sesuai kebenarannya berdasarkan
fakta bahwa terjadi peningkatan intensitas warna pada sampel madu trigona
pertama. Namun pada sampel madu trigona kedua sejauh ini teori tersebut tidak
sesuai.
“Warna pada madu dipengaruhi oleh sumber pakannya”.
Bila dilihat dari hasil
uji fisik madu kedua sampel sejauh ini teori di atas belumlah tepat karena
kedua sampel madu tersebut berasal dari dua koloni berbeda yang berada pada
satu lingkungan dan lokasi penempatan yang sama dan sebagaimana kita ketahui pakan
lebah trigona adalah multiflora. Adanya kemungkinan monoflora pada salah satu
dari kedua sampel koloni lebah trigona berdasarkan pemantauan pada kasus ini tidak
ditemukan faktanya.
Simpul
Ikat – Lepas
Untuk sementara waktu
saya membuat kesimpulan yang bersifat terikat namun bisa dilepas sewaktu-waktu bahwa
yang dimaksud trigona putih adalah trigona jenis tertentu yang memiliki warna
madu bening karena anggapan dari beberapa sumber menyatakan “madu trigona putih”
adalah madu trigona yang sebenarnya bening bukan putih. Keyakinan beberapa
narasumber bahwa pernah melihat lebah trigona berwarna putih sementara disimpulkan
sebagai mitos karena selalu dikaitkan dengan hal mistis, hanya berbentuk cerita
dari mulut ke mulut dan belum bisa dibuktikan secara ilmiah karena belum ditemukannya
specimen dari lebah trigona sebagaimana ciri-ciri fisik di maksud.
Karena ini simpul ikat – lepas, maka penelusuran terhadap keberadaan fisik lebah trigona putih akan terus saya lakukan hingga cukup bukti ada dan tidaknya lebah trigona putih tersebut. Setidaknya ada beberapa dugaan lokasi sarang lebah trigona putih yang belum saya datangi berdasarkan informasi dan data yang dihimpun dari beberapa narasumber.
Boleh minta no.wa kak,untuk konsultasi
ReplyDelete