LANCENG PUTIH SI HANTU GUNUNG KARANG
Menurut pengakuan
beberapa orang saksi mata , di lereng Gunung Karang Pandeglang pernah ditemukan
spesies Lanceng (trigona sp) yang seluruh tubuhnya didominasi oleh warna putih,
masyarakat sekitar menyebutnya Teuweul Setan (Lanceng Hantu, bahasa sunda) karena selalu berkerumun
putih di dekat batu besar di tepian sungai kecil pada saat hari mulai mau gelap
sehingga menyerupai hantu. Oleh warga sekitar keberadaannya dikait-kaitkan
dengan hal berbau mistis bahwa lanceng putih tersebut merupakan penjelmaan dari
sekelompok Hantu lereng Gunung Karang yang tinggal di dalam batu besar, dan
batu angker tempat tinggalnya itu dikenal dengan sebutan Batu Teuweul (Batu Lebah
Trigona, bahasa sunda). Informasi tersebut tersebut di peroleh dari
Bpk. H. Ending, Sdr. Pipin, Sdr. Doni dan Sdr. Eman serta dari beberapa warga
lainnya di Kampung Cipacung Kelurahan Saruni Kecamatan Majasari, Pandeglang.
Informasi adanya
lebah trigona putih juga diperoleh dari warga lain di daerah sekitar tempat
tinggal saya di Pandeglang. Bila dihitung jaraknya memang tidak terlalu jauh
dari lokasi A (Lereng G. Karang) yaitu sekitar 8 – 9 Kilometer menuju dataran
rendah di kaki Gunung Karang. Berdasarkan pengakuan Sdr. Ucu dan Sdr. Komar (saksi
mata), pada bulan Juni – Agustus 2012 di sebuah bukit beberapa kali mereka menjumpai
lebah klanceng putih yang bersarang di sebuah batu besar diantara kerumunan
semak belukar. Nama lokasi itu adalah Bukit Kebon Cina Kelurahan Babakan
Kalanganyar Kecamatan Pandeglang Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten.
Sebelum menerima
informasi-informasi tersebut, jauh hari sebelumnya beberapa narasumber lain
memberikan keterangan bahwa lebah trigona putih itu memang ada namun
keterangannya sangat erat dengan mitos berbau mistis. Mitosnya setetes madu
lebah Lanceng putih sangat berguna untuk mengumpan ikan bagi para nelayan agar
memperoleh tangkapan ikan yang melimpah serta mampu mengobati seluruh penyakit
termasuk penyakit aneh seperti santet.
Saksi lain
mengutarakan bahwa pada saat hari gelap Lanceng putih mampu mengeluarkan
cahaya. Menurut pendapat saya cahaya yang dimaksud dikarenakan adanya kontrasi
warna dan bukan berarti lanceng aneh tersebut bercahaya. Warna putih merupakan
warna terang yang bertentangan dengan warna gelap sehingga media sepintas
seperti mengeluarkan cahaya.
Keterangan-keterangan
tersebut di atas memang perlu dibuktikan secara ilmiah, namun demikian telah memberikan
gambaran bahwa Lanceng Putih itu ada atau pernah ada di beberapa wilayah di
Pandeglang Provinsi Banten ini. Perlu ditelusuri lebih lanjut kebenarannya.
PENELUSURAN DATA ILMIAH
Gambar : Trigona albipennis Almeida
Menelaah beberapa
litelatur, lebah trigona dengan ciri-ciri seluruh tubuhnya berwarna putih belum
pernah ditemukan. Menurut data Apidae
Spesies List dari The American Museum of Natural History, di wilayah
regional Indo-Malaya memang ditemukan
beberapa spesies trigona sp yang memiliki spesifikasi sebagian tubuhnya
berwarna putih, namun hanya di sebagian kecil bagian tubuhnya saja dan tidak
pernah ditemukan seluruh tubuh lebah berwarna putih (albino). Sebagai contoh, Trigona apicalis
var binghami Schwarz memiliki warna putih
hanya di kedua ujung sayapnya, begitu pun Trigona collina Smith dan Trigona ventralis Smith. Spesies trigona yang juga dikenal memiliki
warna putih di salah satu bagian tubuhnya adalah Trigona albipennis Almeida,
namun warna putih hanya pada seluruh bagian sayapnya saja (putih transparan)
sedangkan bagian kepala, torax, abdomen dan bagian lain berwarna hitam gelap.
Selain itu hymenoptera
berciri albino yang pernah ditemukan sampai saat ini dari family Apidae bukan
berasal dari genus trigona atau generanya, namun genus non trigona diantaranya
yaitu Melissoptila albinoi Urban, Oreopasites albinota Linsley, dan Xylocopa albinotum Matsumura. Itu pun tidak semua bagian tubuhnya berwarna
putih.
AGENDA EKSPLORASI
Hal tersebut
membuat saya semakin penasaran untuk menelusuri keberadaan trigona putih itu.
Data dan informasi tentang klanceng mistrius tersebut terus saya kumpulkan dari
beberapa sumber sejak bulan Maret 2011, terdiri dari deskripsi anatomi,
keterangan kolonisasi, sifat dan kebiasaan, kajian habitat, vegetasi lingkungan
dan yang paling penting adalah pemetaan lokasi temuan.
Berdasarkan data
dan keterangan yang diperoleh, saya membuat kesimpulan pra eksplorasi sebagai rujukan
untuk pelaksanaan agenda eksplorasi, yaitu:
1.
Seluruh
tubuh Lanceng diyakini dominan berwarna
putih;
2.
Anatomi
tubuh dan ukuran tubuh diperkirakan sama dengan Trigona iridipennis Smith 1854;
3.
Tempat
tinggal (sarang) yang dipilih adalah batuan padat berongga;
4.
Bentuk
pintu masuk (entrance), belum diketahui;
5.
Susunan
dan Isian sarang (nest), belum diketahui;
6.
Sumber
pakan, multiflora;
7.
Pakan
favorit, belum diketahui;
8. Habitat
tempat tinggal yaitu berada dekat dengan sumber air (sungai dan mata air) dan
berada di bawah kerapatan naungan 70 - 75%;
9.
Vegetasi
alam yang dipilih adalah vegetasi A (jauh dari lingkungan aktifitas manusia);
10. Memiliki
sifat mudah berpindah-pindah tempat dan tidak toleran terhadap gangguan dan
kebisingan. Faktanya, apabila ada orang yang pernah menemukan maka dalam
hitungan hari koloni klanceng putih itu akan hilang (berpindah).
11.
Anatomi
dan ukuran tubuh serta pemilihan tempat tinggal, identik dengan Trigona
iridipennis Smith 1854, sehingga di prediksi genera trigona putih tersebut berasal dari genera
yang sama yaitu Heterotrigona.
Setelah memiliki
cukup data, pada hari Sabtu tanggal 1 September 2012 saya dan beberapa informan
mendatangi lokasi A (Batu Teuweul di Lereng Gunung karang), lokasi berhasil
ditemukan yaitu sebuah batu besar berdiameter + 1 meter, tinggi +
1,5 meter dan memiliki beberapa lubang (rongga) yang memungkinkan bila
digunakan sebagai pintu masuk (entrance) oleh koloni trigona, namun sayangnya
koloni trigona putih tidak berhasil ditemukan.
Seminggu kemudian
Minggu tanggal 9 September 2012, dilakukan eksplorasi ulang ke lokasi tersebut
dan membawa dua orang saksi sekaligus sebagai narasumber. Sangat diyakini tempat
tersebut adalah lokasi yang dimaksud yaitu Lokasi A (Batu Teuweul). Namun
penelusuran kali ini pun tidak berhasil menemukan keberadaan lebah trigona putih
itu, namun demikian ada sedikit rasa puas karena telah di ketahui dengan jelas
letak dan keberadaan batu angker yang pernah ditinggali oleh sekelompok lanceng
hantu itu.
Didampingi
seorang narasumber yang berbeda, agenda penelusuran Lanceng Putih dilanjutkan
pada hari Sabtu tanggal 20 Oktober 2012, lokasi eksplorasi pindah ke lokasi B (Bukit
Kebon Cina), di lokasi tersebut memang ditemukan beberapa batuan besar berongga
yang memungkinkan ditinggali oleh koloni lebah trigona. Lokasi target berhasil
ditemukan namun koloni yang di cari tidak ada.
Di sebuah tempat
masih di Lokasi B, berjarak sekitar 500 meter dari lokasi target ditemukan
bekas sebuah koloni trigona yang bersarang dalam sebuah batu berdiameter 75 cm
tinggi 30 cm, hal tersebut diketahui karena masih terlihat adanya bekas pintu
masuk sarang (entrance) berupa penanda sarang berwarna dominan kuning walau kondisinya
sudah rusak. Rusaknya pintu masuk tersebut dapat dikarenakan di makan oleh waktu
dan cuaca, dan dapat pula disebabkan sudah lama ditinggalkan oleh pemiliknya. Koloni
trigona memiliki kebiasaan untuk terus menjaga dan merawat pintu masuknya
setiap saat, karena pintu masuk sarang bukan hanya sekedar jalan keluar-masuk
koloni trigona namun berfungsi sebagai penanda sarang yang tersusun dari
berbagai eksudat atau resin getah pohon, serbuk kayu, kulit kayu, tanah dan
batuan kecil. Warna kuning pada entrance
itu di identifikasi di peroleh dari getah pohon Manggis yang jumlahnya cukup banyak di sekitar lokasi
temuan, getah tersebut berfungsi sebagai pengikat (lem) berbagai material yang
digunakan sebagai gerbang pertahanan koloni dari serangan hama dan predator.
Karena kondisinya
sudah rusak bentuk entrance di lokasi
temuan sulit diperkirakan, apakah awalnya berbentuk menonjol atau hanya sekedar
tempelan-tempelan eksudat getah di sekitar lubang dengan memanfaatkan lubang batu
yang sempit (+ 1 cm), hal ini tentunya belum memberikan kepastian
jawaban tentang keberadaan spesies Lanceng Putih, karena spesies trigona
indonesia yang lain pun memiliki kebiasaan bersarang dalam lubang batu seperti T. Collina, T. Fuscobalteata, T. Iridipennis,
T. Silvestriana, T. Ventralis, dan T. Fulviventris.
Tentunya agenda eksplorasi
tidak akan berhenti sampai disini, akan tetap dilanjutkan sampai keberadaan
lanceng mistrius itu benar-benar ditemukan atau diyakini kepunahannya. Setiap
ada perkembangan i nformasi merupakan data berharga dan perlu di simpan sebagai
bahan untuk pencarian mendatang. Bila lanceng putih ini berhasil ditemukan maka
akan menambah daftar kekayaan spesies trigona yang dimiliki dunia umumnya dan Indonesia
khususnya, serta mencegah kepunahan spesies langka tersebut dan tentunya akan
melengkapi koleksi spesies trigona yang kami miliki.
Kata
Kunci : Eksplorasi,
Lanceng Putih,
teuweul,
Gunung Karang,
Pandeglang,
Banten,
albino,
hymenoptera,
Trigona, apicalis var binghami, collina, ventralis, albipennis, dan iridipennis.
Tolong jaga kwalitas agar temen saudara,keluarga dapat menikmati keaslian dari pada Madu Teuwel Pandeglang, sbb kalo salah madu bukan jadi obat malah akan jadi bakteri penyakit itulah yg dikhawatirkan, oke, terimakasih selamat berwirausaha yang dikaruniai oleh Allah Swt.
ReplyDeleteSetuju...
ReplyDeleteInsya Allah kami akan selalu jaga keaslian dan kemurniannya, karena bagi kami menjual madu asli cukup menguntungkan dan memperoleh kepuasan bathin dikala orang lain menikmati rasa dan khasiatnya.
Kami jamin keaslian madu... kesembuhan Allah jaminannya.
Trims atas supportnya