Lebah trigona merupakan jenis lebah yang tahan terhadap
berbagai kondisi iklim, hal ini pernah saya bahas dalam sebuah artikel ‘memilih lokasi budidaya lebah trigona’, namun pada kesempatan ini saya akan membahas
khusus tentang factor suhu lingkungan.
Berdasarkan pantaua kami salah satu spesies lebah trigona
yang paling tahan dalam berbagai kondisi iklim adalah T. Laeviceps. Selain factor suhu lingkungan yang alami, salah
satu penyebab lebah trigona mampu bertahan hidup pada berbagai kondisi
lingkungan yang berbeda adalah kemampuannya dalam mengatur suhu dalam sarangnya.
Suhu ideal untuk lebah adalah 30-35 derajat celcius. Lebah akan memulai
kegiatannya apabila suhu di dalam sarang di atas 18 derajat celcius, pada suhu
tersebut ratu aktif bertelur dan aktifitas lebah pekerja pun meningkat.
Penempatan sel-sel dalam sarang lebah trigona berkaitan erat
dengan rekayasa suhu yang diciptakan lebah trigona dalam sarangnya. Sel-sel pengeraman
yang berisi telur, larva dan pupa biasanya diletakkan pada bagian pertama atau
bagian sarang yang mendekati entrance. Sedangkan sel-sel penyimpanan lainnya
(madu dan beepolen) di simpan pada bagian yang lebih jauh dari pintu masuk (entrance).
Tata letak ini berfungsi sebagai pelindung daerah tetasan atau alat penyangga
suhu yang di rekayasa oleh lebah trigona.
Dalam mengatasi persoalan suhu lingkungan, lebah trigona
terbilang pandai dalam menyiasatinya dan ini merupakan salah satu kelebihan
yang dimiliki oleh sang Klanceng. Suhu lingkungan sangat mempengaruhi keberlansungan
hidup koloni, suhu lingkungan bagi lebah tak bersengat di kenal dua jenis suhu,
yaitu suhu dingin dan suhu panas.
Suhu
Dingin
Pada Suhu dingin seekor lebah akan menderita kedinginan yang
akhirnya berujung pada kematian. Bahkan pada suhu kurang dari 10-12 derajat
celcius produktifitas lebah trigona akan jauh berkurang. Namun demikian, lebah
trigona memiliki cara tersendiri dalam mengatasi hal tersebut.
Cara lebah mengatasi lingkungan yang bersuhu dingin diantaranya
adalah: Menjaga wilyah pengeraman agar tetap pada suhu yang semestinya yaitu 33-36
derajat celcius dengan cara membentuk barisan (berkumpul) pada area tersebut. Apabila
suhu lingkungan menurun sekitar 14-18 derajat celcius maka barisan lebah akan semakin
dirapatkan, para lebah yang berada pada bagian pinggir kelompok akan merentangkan
sayapnya sebagai penutup untuk mencegah kehilangan panas. Apabila suhu semakin
rendah lagi maka lebah-lebah akan membenamkan kepala dan dadanya ke dalam
kelompok padat.
Cara lain yang dilakukan lebah trigona untuk membangkitkan panas adalah dengan memetabolisme madu dan mengerak-gerakkan otot dadanya. Saat kondisi seperti ini lebah trigona dapat bertahan hidup walaupun suhu lingkungan semakin turun.
[Pekerja T. Laeviceps menuju sarang]
Suhu
Panas
Lebah trigona memiliki karakter tahan banting. Ketika suhu
lingkungan sarangnya panas, mereka masih bertahan disana walaupun akan berakhir
pada kematian koloni. Suhu di atas 35 derajat celcisu produktifitas madu tidak akanoptimal
sebab lebah cenderung membentuk lilin.
Adapun cara lebah trigona mengatasi panas yaitu dengan
meningkatkan aktivitasnya untuk mengumpulkan air pada musim kering dan panas.
Air tersebut disebarkan diatas bagian-bagian sarang untuk mendinginkan sarang
melalui metode evaporasi. Jika berangsur-angsur suhu meningkat maka lebah akan
pindah ke dekat pintu sarang dan akhirnya keluar. Lebah-lebah di sekitar pintu
akan menggetarkan sayapnya untuk mengalirkan udara ke dalam sarang. Upaya
terakhir yang mereka lakukan adalah dengan mencairkan madu atau menguapkan air.
Sedikit air atau madu diteteskan ke sel-sel dalam sarang lalu dibiarkan
menguap. Usaha tersebut dapat mempertahankan suhu di area tetesan sekitar 35
derajat celcius sedangkan suhu di luar sarang sekitar 70 derajat celcius. Apabila
terjadi peningkatan suhu menjadi ekstrim maka kawanan lebah akan mengosongkan
sebagian sarang. Hal ini akan dilakukan apabila bagian paling dingin dari area
tetesan mencapai lebih dari 34 derajat celcius.
Rekayasa
Lingkungan
Guna mencegah terjadinya peningkatan suhu—terutama suhu panas—pada
budidaya lebah trigona, para peternak dapat melakukan rekayasa lingkungan. Hal ini
penting dilakukan terutama di lokasi-lokasi peternakan yang bersuhu tinggi.
Ada beberapa jenis upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi
suhu tinggi, diantaranya adalah dengan melakukan penanaman pohon-pohon peneduh
yang tentunya dengan pohon yang sekaligus dapat dimanfaat sebagai sumber pakan
bagi lebah trigona. Selain itu dapat pula dengan menempatkan shading net 70% di sekitar area
peternakan. Penempatan shading net hanya akan membantu menekan suhu di sekitar
lingkungan. Yang perlu diperhitungkan adalah bagaimana menekan suhu lingkungan
peternakan sekaligus menyediakan sumber pakan bagi lebah trigona. Jawabannya adalah
menanam pohon merambat yang dapat berbunga sepanjang waktu, seperti pohon
markisa dan bunga-bungaan yang merambat.
Cara lainnya yaitu sekali-kali melakukan penguapan dengan
alat sprayer di sekitar areal peternakan apabila suhu lingkungan tersebut benar-benar
ekstrim.
No comments:
Post a Comment
Agar blog ini lebih baik, mohon isi komentar di bawah sebelum Anda meninggalkan blog kami. Terima kasih atas kunjungannya...