Eksplorasi: Menelusuri Spesies Trigona Putih yang "Hilang" (Part. 2)

Pandeglang, Komunitas PAT-LIMA.

INIKAH SPESIES TRIGONA PUTIH ITU ?

Sobat,  eksplorasi menelusuri lebah trigona putih yang misterius kami lanjutkan beberapa hari yang lalu sebelum tulisan ini kami posting. Sebagaimana saya ulas ditulisan sebelumnya, trigona putih merupakan spesies trigona yang sarat dengan hal-hal mistis. Kemistisan tersebut semestinya menjadi nilai positif bagi kelestarian sang lebah putih, setidaknya dapat menjadi tameng dari incaran orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
Kali ini, saya dengan beberapa teman dari komunitas menelusuri beberapa lokasi yang ditunjukkan oleh beberapa narasumber kami di lapangan.
Lokasi pertama adalah di sebuah tempat yang jaraknya hanya 100 meter dari basecamp komunitas PAT-LIMA, yaitu di tengah areal pesawahan yang sekelilingnya dilindungi oleh bukit-bukit kecil. Menurut beberapa saksi mata, di sebuah batu besar berbentuk unik pernah ditemukan lebah trigona bersosok putih, cirinya seperti yang kami cari. Seperti biasa batu yang di yakini pernah ditinggali trigona putih tersebut juga berbau mistis, bila diperhatikan dengan seksama batu bekas istananya trigona mistrius itu bentuknya mirip kepala macan atau anjing yang menyembul di atas batuan pipih, masyarakat sekitar menyebutnya dengan sebutan "Batu Nyi Gempor". Konon kabarnya batu itu sangat angker, beberapa orang warga pernah mengalami kelumpuhan mendadak ketika melewati batu tersebut dan mendadak sembuh lagi setelah korban di bantu warga lain di bawa ke rumahnya. 
Memang sulit untuk meyakininya, namun entahlah keberadaan lebah trigona putih selalu dikaitkan dengan hal dan tempat yang mistis. Penelusuran kami ke lokasi ini hanya untuk menganalisa mungkinkah lebah trigona bersarang di tempat itu. Bila di lihat dari jenis batunya, lebah trigona memang berpeluang besar tinggal di batuan unik itu, karena batu tersebut memiliki beberapa rongga dan celah - celah. Selain itu batu tersebut berada tepat di pinggir kali kecil yang airnya tidak pernah surut walau kemarau panjang tiba.  

[Gambar 1: batu mistis "Nyi Gempor"]

[Gambar 2: batuan ini memiliki beberapa rongga dan celah]

Pada hari yang sama kami menyambangi lokasi ke dua yaitu di kampung Batukarut, berbeda desa berbeda kecamatan. Sebagaimana informasi dari narasumber, di kampung ini juga pernah ditemukan trigona putih dengan ciri fisik yang sama yaitu seluruh tubuhnya berwarna putih. Sayangnya narasumber kami tidak dapat mendampingi penelusuran ini. Berbekal informasi yang kurang lengkap kami memeriksa beberapa bebatuan yang teronggok kaku di sekitaran kampung itu, tentunya banyak warga yang mewanti-wanti kami agar berhati-hati karena di sini pun terkenal angker. Dari beberapa batuan yang kami periksa tidak ada petunjuk pasti keberadaan trigona putih, kecuali disebuah batu yang di juluki warga "Batu Tumbung". Ya, batu ini memang bentuknya mirip alat kelamin perempuan. Batu ini memiliki rongga dan pintu masuk, sehingga memungkinkan bila pernah ditinggali oleh koloni lebah trigona walau sudah tak berjejak. Sayangnya batu utama yang kami cari tidak ditemukan, yaitu sebuah batu berongga yang sering didatangi oleh orang-orang yang hobi memancing ikan. Konon di batu itu masih ditinggali oleh sekelompok lebah trigona putih. Warga di sekitar sana masih percaya bahwa kalau Alat Pancing (Jejer) di colokkan kedalam lubang sarang akan gampang mendapat ikan atau warga bilang "siringan". Keangkeran batu itu pula yang membuat tiada satu pun warga yang berani mengantar kami ke lokasi di maksud. Sayang...  
[Gambar 3: Kampung ini dipenuhi bebatuan]
[Gambar 4: Batu Tumbung]

 Walau cuaca hujan dan badan mulai terasa penat, eksplorasi kami lanjutkan ke lokasi ketiga. Lokasi ini berbeda kabupaten dengan lokasi satu dan dua. Lokasi berada di sebuah hutan belakang sebuah perkampungan padat. Hutan Cibentang. Hutan ini merupakan kawasan hutan yang sangat luas, saking luasnya bila ingin menelusuri habis hutan ini diperkirakan tidak akan selesai dalam waktu setengah bulan. sejak pertama masuk areal hutan, kami menemukan beberapa jenis lebah yang hidup sentosa di sana. Jenis-jenis yang kami temui adalah beberapa jenis tawon tomo yang terkenal galak dan sadis serta beberapa jenis lebah trigona yang sentosa memanen getah-getah pohon.
Semakin dalam kami masuk areal hutan, semakin banyak jenis-jenis lebah yang ditemukan. Ada lebah cerana dan beberapa ekor apis dorsata yang sedang asyik menyedot nektar di kuntum bunga-bunga liar. Sementara ditempat lebih dalam lagi ditemukan pula lebah trigona jenis laeviceps, sapiens, incise dan iridipennis. Di lokasi ini pula kami temukan T. Incise yang bersarang di tebing tanah.
Cukup menyenangkan eksplorasi ini sampai akhirnya kami temukan sebuah spesies yang membuat terbelalak mata... Ya Tuhan, inikah lebah trigona putih itu?
 

[Gambar 5: Jalan Masuk ke Hutan Cibentang]
 
[Gambar 6: Sarang tawon tomo yang galak dan sensitif]


[Gambar 7: Sekelompok  T. Laeviceps sedang menuai getah]


[Gambar 8: Sarang T. Incise di tebing tanah]

[Gambar 9: Inikah Trigona Putih itu?]
Mata kami benar-benar terbelalak, senang, kagum dan ragu bercampur jadi satu ketika melihat beberapa ekor serangga yang kami yakini dari jenis lebah itu sedang berebut makanan, saling bergantian menghisap nektar dari bunga jahe-jehean hutan yang menyembul diantara semak-semak. Ini spesies yang asing. 
Walau kami senang menemukan spesies asing ini tapi tidak serta merta yakin bahwa lebah tersebut adalah trigona putih yang di cari. Ukuran kedua lebah ini berbeda, yang satu tubuhnya kecil kurang dari 1 cm dan yang satunya lagi bertubuh bongsor 1 cm atau lebih. Kesamaan dari keduanya adalah memiliki struktur tubuh dan corak warna yang sama. thoraks dan abdomen bawah lebah ini berwarna putih pucat, sementara abdomen atas bergaris-garis hitam dari atas ke bawah mirip celana badut, garis-garisnya tidak biasa yang dimiliki lebah yang biasanya melingkar berbentuk cincinan  Thorak atas berwarna hitam bergaris pinggir seperti bingkai dengan warna putih kekuningan. Melihat jenis sayapnya yang bening (iridisenct) dapat disimpulkan bahwa mahluk mungil tersebut berordo hymenoptera dan dari family apidae. Kemungkinan ia bergenus apis karena memiliki sengat. Sayangnya kami tidak berhasil menangkap mahluk ini dan belum mengetahui dimana dan seperti apa sarangnya.
Akhirnya kami berkesimpulan bahwa lebah tersebut bukan trigona yang kami cari karena trigona adalah lebah tak bersengat (stingles bee). Namun demikian rasa cape hari ini agak terbayar dengan menemukan lebah jenis asing (bagi kami) itu, dan terasa makin terbayar ketika semalaman suntuk mencari referensi di dunia maya untuk mengetahui jenis dan spesies apakah lebah tersebut tidak kami temukan jawabannya. Barangkali ada yang tahu? ataukah benar-benar spesies temuan baru? Mohon infonya bagi yang tahu...
Untuk agenda eksplorasi ke depan, kami baru mendapat modal info tadi pagi bahwa di suatu tempat ada yang menemukan lebah trigona putih yang bersarang di di lubang kayu yang sudah lapuk. Kami akan segera telusuri.. Wish me luck!

No comments:

Post a Comment

Agar blog ini lebih baik, mohon isi komentar di bawah sebelum Anda meninggalkan blog kami. Terima kasih atas kunjungannya...

Adbox

@trigonasfarmer